Header Ads


JAVGALERI

Cerita Dewasa - Gadis Kampung Yang Masih Perawan


cabeonline69 - Cerita ini bermula pada ketika kami baru pindah memenuhi rumah baru di Bogor. Pada saat tersebut kami baru memenuhi rumah tidak cukup lebih 1 bulan istri saya mengeluh kesepian sebab rumah selama kami masih tidak sedikit yang kosong dan mesti mengurus 2 anak pria kami yang memang sedang bandel-bandelnya. Maka kami juga sepakat untuk menggali saudara/pembantu guna menemani istri saya di lokasi tinggal serta menolong menjaga kedua anak kami dan kesudahannya istri saya juga berangkat ke dusun halamannya untuk menggali saudara/pembantu di kampungnya yang dapat menemani dia. Agen Domino 99 Terpercaya

Singkat kisah akhirnya dapatlah saudara jauh dari istri saya yang dapat di ajak ke lokasi tinggal baru kami tersebut, memang sih saudara jauhnya tersebut lumayan manis dan paling lugu sekali, maklum orang kampung dan baru kesatu kali terbit dari kampungnya sendiri dan langsung diangkut ke lokasi yang lumayan jauh dari lingkungan rumahnya, tapi bila masalah kegiatan memang sudah lumayan lihai dari yang namanya membasuh pakaian, membasuh piring, masak, ngepel dan lainnya telah boleh dinamakan rapih deh.

Awalnya saya tidak terdapat perasaan apa-apa sama si Rani ini, tapi sesudah waktu berlangsung kira-kira 2 bulan Si Rani ini bergabung di lokasi tinggal kami, barulah terlihat bila anak ini sedang lagi seger-segernya dan baru inginkan gede, maklum umurnya waktu tersebut masih 18 tahunan dan bila saya simaklah setiap gaji yang kami kasih ke dia tidak jarang kali dibelikan segala macam kebutuhan pribadi (kosmetik dll) dan sebab dia suka bersolek diri maka sesudah 2 bulan tersebut dia telah mulai kelihatan lebih dewasa dan lebih bersih dikomparasikan waktu kesatu kali datang dari kampungnya di Ciamis.

Suatu hari (kalau tidak salah waktu tersebut hari Sabtu) Saya kerja separuh hari, jadi waktu hingga di rumah tersebut kurang lebih selama Jam 2 siang dan pada ketika saya masuk ke dalam ternyata tidak terdapat suara yang menjawab, maka saya juga mencoba menggali orang rumah. Dan ternyata yang ada melulu hanya Rani saja yang sedang istirahat di kamarnya yang tidak terkunci, dan pada ketika itulah baru kesatu kalinya saya menyaksikan dia dalam suasana sedang istirahat dengan melulu menggunakan daster pemberian dari istri saya dan pada saat tersebut dasternya pun terbuka sampai di atas pinggang. Wow… sebuah pemandangan yang lumayan menggoda guna dinikmati, maka pada ketika itulah timbul benak kotor saya untuk mengupayakan meraba unsur yang terbuka tersebut.

Secara perlahan saya dekati dia yang masih tertidur nyenyak di atas kasur gulung yang kami sediakan untuknya, kemudian tanpa ada kendala apapun saya telah mulai mengelus bagian kaki, kemudian naik ke unsur pahanya yang hitam manis tersebut dengan perlahan dan lembut, hingga saking asyiknya saya mengelus-elus bagian tersebut secara terbius penis saya dibalik celana mulai mengencang, dan sebab karena ini pun akal sehat saya telah mulai hilang sebab rabaan-rabaan tangan ini telah mulai menjalar ke unsur dadanya yang baru mulai merekah. Memang sih saya hanya meraba dari luarnya saja, tapi dapat dibayangkan alangkah indahnya unsur dalamnya bila dibuka.

Tapi rabaan tersebut saya stop sebab si Rani menggeliat yang mebuat saya kaget dan langsung lari meninggalkan kamarnya. Dan tidak lama saya terbit dari kamarnya Rani, istri, anak dan mertua saya datang berakhir makan Bakso bang yang terdapat di seberang komplek kami.

Setelah kejadian hari tersebut saya selalu mengupayakan mencari peluang dalam kesempitan untuk merasakan yang indah-indah dari si Rani tersebut, bahkan pada sebuah hari masa-masa saya mendapatkan duit sampingan dari salah satu sejawat kerja, saya jajaki membelikan dia baju istirahat terusan, celana dalam, dan bh yang seluruh warnanya pink yang dibalut Koran agar istri gak curiga. Dan di dalamnya saya kasih tidak banyak tulisan yang bunyinya: “dipake ya Ran, supaya anda makin kerasan disini dan tidak boleh sampe ketahuan si ibu”

Rupanya pemberian saya tersebut tidak ditampik dan Rani juga langsung ngucapin terima kasih. Dan rupanya pancingan saya tersebut berhasil, mengapa saya bilang berhasil? Karena si Rani ini rupanya agak tidak banyak kasih angin ke saya dimana ada peluang selalu berlagak genit & manja, dan peluang ini tidak saya sia-siakan untuk tidak jarang kali curi-curi kesempatan. Pernah sebuah kali saya bercandain dia di dapur,

“Ran.. anda tambah manis aja deh… Kamu udah punya pacar apa belum?” tanya saya ke dia seraya saya colek bokongnya yang padet itu.

Dia pun membalas tanpa beban dan manja, “Belum sih Pak, namun kayaknya sih inginkan dapet nih. Abis udah ngasih Rani baju segala sih”

Nah… semenjak kejadian di dapur tersebut saya juga semakin berani.

Akhirnya peluang yang saya tunggu-tunggu datang juga, waktu tersebut anak-anak saya telah mulai masuk liburan sekolah dan mereka mohon diantar ke lokasi tinggal neneknya di Bogor, dan kami juga (saya, istri & anak)berangkat ke Bogor guna liburan sekolah dan sebab saya mesti tetap bekerja maka saya melulu menginap satu malam saja di Bogor untuk lantas kembali ke lokasi tinggal pada hari Minggu sorenya. Perjalanan Bogor – Bandung terasa paling lama sekali sebab macet, juga tidak sedikit bus-bus pariwisata yang melintas di jalur tersebut untuk mengantar-jemput orang-orang yang sedang liburan sekolah.

Walaupun agak kesel dan capek kesudahannya sampai pun ke lokasi tinggal pada malam hari selama jam 7 malam. Sesampainya di depan lokasi tinggal saya bunyikan klaskon mobil agar si Rani membukakan pintu pagar, dan tidak lama lantas dia terbit dengan menggunakan daster yang saya belikan dan dimata saya malam tersebut si Rani nampak lebih seger. Pada ketika mobil telah saya parkir di dalam teras lokasi tinggal saya menghirup bau wangi, kelihatannya ini bau parfumnya Rani.

Singkat kisah saya pun telah selesai mencuci badan dan mengarah ke ke meja santap untuk menyantap santap malam yang sudah disiapkan sama si Rani, saya juga menyantapnya dengan sarat semangat, maklum lapeeer.

Selesai santap saya tidur di ruang keluarga guna nonton acara tv. Sedang enak-enaknya saya nonton, datanglah benak mesum saya guna memancing si Rani, dan saya juga atur strategi untuk mohon tolong dipijat sama si Rani, maka saya panggillah dia,

“Ran.. bantu kesini”

“”Iya pak” jawabnya.

“Tolong pijitin pundak saya dong… kamu dapat kan?” Tanya saya seraya pura-pura cuek.

Dia juga menjawab, “Iya pak, bisa.. Dipijitnya inginkan pakai minyak apa.?” tanyanya.

“Kalau dapat sih gunakan minyak kayu putih campur minyak goreng aja” jawab saya dengan santai.

Maka dia pun berlangsung ke kotak obat untuk memungut minyak kayu putih, terus ngeluyur ke dapur guna ambil minyak goreng. Setelah tersebut dia mendekati saya dan bertanya,

“Mau dipijit dimana pak?”

“Disini saja (Diruang keluarga)” jawab saya.

“Tapi tolong dicek dulu pintunya udah diblokir apa belum” kata saya ke dia dan diapun memeriksanya.

“Sudah pak” jawab Rani.


Saya pun telah tengkurap di depan tv laksana orang yang telah siap guna dipijat. Si Rani pun sudah siap memijat di belakang saya. Pada ketika dia mulai membalur minyak-minyak itu di badan telah mulai terasa darah ini naik namun masih tetap saya tahan, dan ternyata tangan si hitam manis ini memang dapat diandalkan guna memijat, namun disamping tersebut saya jajaki curi-curi pandang ke wajahnya yang manis tersebut dan wangi parfumnya tersebut masih saja terhirup di hidung saya sehingga si otong saya telah mulai naik menegang. Tapi guna memecah keheningan saya jajaki ngobrol sama dia ngalor-ngidul hingga akhirnya tertuju untuk dia yang masih belum punya pacar.

Disinilah saya coba guna agak berani memegang tangannya yang mungil tersebut dan dia juga tidak menolaknya, dia melulu bilang,

“Jangan pak… nanti terdapat yang lihat”

Tapi saya tidak peduli dengan omongannya, dan bahkan menciptakan saya semakin bersemangat.

“Gak apa-apa kok Ran.. disinikan Cuma ada anda sama saya aja.. kan si teteh lagi di Bogor”

Birahi setan saya rupanya telah tidak dapat terkendali lagi, maka saya juga langsung menghirup jari-jarinya terus berlanjut ke tangannya terus keatas dan kesudahannya saya cium bibirnya. Dia diam saja tanpa terdapat penolakan laksana waktu tadi kesatu saya pegang tangannya. Maklum Orang belum pernah dihirup sama cowok bibirnya agak gemetaran dan masih kaku. Saya pun jajaki membimbingnya dengan sabar hingga akhirnya dia mulai dapat mengimbangi serangan bibirnya. Saya masukkan lidah kedalam mulutnya dan saya permainkan hingga dia mulai benar-benar pasrah, bahkan dia mencoba menjawab serangan bibir saya yang mempunyai kumis tipis yang menciptakan semua mantan cewek-cewek saya dulu pasrah bila sudah kena ciuman maut saya ini.

Tidak melulu sampai disitu saja, sesudah dia pasrah maka saya pun telah mulai berani lagi bergerilya di kedua bukit kembarnya yang masih paling ranum. Dari luar dengan lemah lembut saya usap-usap berulang kali hingga terasa bila putingnya telah mulai menonjol sebab birahinya yang naik, dan sebab dia kian pasrah saya juga serang dia lagi ke unsur lehernya saya cium dengan sarat nafsu hingga dia mulai tersengal-sengal nafasnya menyangga gejolak jiwa. Tidak melulu disitu, saya pun telah memasukkan tangan saya ke balik BH-nya yang berukuran 34, dan dia juga membiarkannya.

Tangan saya juga mulai bergerilya lagi, mengusung daster yang dipakainya sampai melulu tersisa BH & CD yang berwarna pink, warna ini ialah warna Favorit saya dan selalu menciptakan saya bernafsu bila cewek menggunakan pakaian dalam dengan warna ini. Tanpa buang-buang masa-masa lagi saya langsung mengelus vaginanya dari luar CD-nya yang telah mulai basah. Saya putar-putar terus berulang kali, sehingga keluarlah omongan dari mulut si Rani,

“Pak… ampun.. Pak… Rani gak tahan… geli banget… ooh… ooh… ooh… ampun Pak… ooohh…”

Saya bukannya kasihan namun malah kian bernafsu aja. Saya turunkan cdnya hingga terlihatlah memek perawan yang telah basah oleh cairan kesenangan itu, dan tanpa ampun lagi saya mengobel-ngobel memeknya dengan sarat perasaan dan kelembutan hingga akhirnya kepala Rani bergerak tidak beraturan kekiri kekanan hingga meracau.

“Aaah… Pak… aahhh pak… Rani kok inginkan pipis nih… aah…”

Jari ini justeru semakin gencar memainkannya sambil berbicara ke Rani,

“Tenang Ran… anda pipisin aja biar enak…”

Dan tidak lama lantas dia pun menerbitkan cairan keninkmatan, seerrr… seerrrr… seerrr… dengan derasnya mengairi jari-jari saya seraya mengapitkan kedua belah pahanya sehingga tangan saya tidak dapat ditarik, berada diantara kedua pahanya yang hitam manis.

Rani terpejam sesudah merasakan kesenangan yang tidak terdapat duanya terbit dari vagina perawannya. Saya juga tidak bermukim diam saja menyaksikan kepasrahannya, maka dengan cekatannya saya melumat pulang bibirnya seraya mengusap-usap dua bukit kembarnya yang telah tanpa BH lagi. Tidak lama saya merasakan bibirnya kemudian turun ke leher dan terus saya sapu dengan lidah mengarah ke ke bukit kembarnya, dia pun telah pasrah tanpa daya saat bibir saya mulai melumat putingnya yang masih ranum dan mulai mengeras sebab terangsang oleh permainan bibir yang berkumis tipis ini. Dia melulu meracau.

“Pak… tidak boleh Pak… saya fobia ada yang lihat… aaah… ooh… aah.. ohh…”

“Tenang aja Ran, teteh ga terdapat kok… Aduh Ran… nikmat banget susu kamu… segeerrr”

Saya dengan nafsunya melumat payudara si Rani, saya permainkan lidah saya ini diatas pentilnya sejumlah kali, dan tidak banyak saya gigit kecil, dia juga menjerit manja.

“Ooohh… aah… ampun Pak… Rani gak tahan inginkan pipis lagi… aaaahhh…”

Saya juga semakin buas memainkan lidah saya mengemut bak anak yang lagi nenen sama ibunya dan Rani juga semakin tidak karuan gerakannya, dan kesudahannya dia orgasme guna yang kedua kalinya seraya berkata,

“Aaahh… ahh… Rani mau… pipis… lagi… aah…aaahhh… enak…”

Puas pun rasanya sudah buat perawan dusun meerasakan kesenangan yang luar biasa, maka tanpa pikir panjang lagi saya buka CD yang dari tadi telah keras torpedo di dalamnya, dan menyodorkannya ke mulut dia yang lagi digigit seraya meerasakan sisa-sisa kenikmatan. Memang sih dia agak kaget,

“Iiiii… ini apaan pak kok di deketin ke mulut Rani…???” kata Rani.

“Tenang Ran, coba anda jilatin aja nanti pun kamu dapat ngerasain enaknya…” rayu saya ke dia.

“Ah enggak ah… Rani fobia pak”

Akhirnya saya paksakan guna dikulum kemulutnya seraya saya bilang,

“Kamu mesti jajaki dulu… anggap aja anda makan es krim, metodenya kamu jilatin dulu ujungnya, terus anda sedot-sedot, terus anda kulum pake lidah…” dan diapun mau pun mencobanya walaupun agak jijik pun ragu.

Awalnya memang agak kasar dia memainkannya, namun saya coba seraya mengusap-usap rambutnya yang hitam terus turun ke lehernya untuk memicu dia. Dan ternyata berhasil, dia juga mulai dapat memainkannya.

“Rani… terus diisap… terus… enaaak Ran, mainin lidahnya… Ran… terus… terbit masukin dari mulut kamu…”

“Wow… enaakkk banget… anda mulai pinter nih…” puji saya ke dia.

Saya telah mulai terangsang dengan permainannya, saya dorong dia ke ujung sofa dan saya coba menggali selangkangannya. Setelah saya dapatkan, maka saya menggali memek perawan yang terdapat diantara kedua selangkangannya, kemudian saya jilatin dengan sarat nafsu. Dia agak kaget pun waktu saya mulai menjilati memeknya yang telah basah dari tadi dan sempat menolak.

“Pak… tidak boleh Pak… Rani malu… tadi kan abis kencing, nanti bau lho…” katanya seraya meracau.

“Ooh… aah… ooh… aah… Pak jangan…” katanya seraya menutupi memeknya dengan kedua pahanya yang hitam manis, dan dengan tidak banyak paksaan saya buka pahanya kemudian menyerangnya lagi dengan jilatan-jilatan kenikmatan.

“Ooh… oh… aachh…” desahnya.

Saya masukkan lidah saya kedalam memeknya dan terlihat jelas klitorisnya yang memerah serta terhirup bau khas memek perawan dusun yang menciptakan siapapun yang menciumnya pengen ngerasain juga. Dan sesudah saya terus memainkannya dia juga akhirnya pasrah dan tidak terdapat lagi penolakan, bahkan dia kian pintar lagi memainkan penis saya didalam mulutnya. Permainan 69 sembilan tersebut berjalan selama 15 menit hingga akhirnya kedua pahanya mengapit kepala saya sebagai tanda bila dia mau terbit lagi, dan saya bilang ke dia,

“Rani… ooh… tolong tidak boleh dikeluarin dulu… honey… please…”

Tapi rupanya dia telah gak tahan lagi, maka keluarlah cairan kenikmatan tersebut lagi, dan…

“Aaachh… Rani… pipis lagi… nih… Pak… Bapak badung sih…”

Terlihat di wajahnya yang memerah sebab menikmatinya dan sebab dia sudah terbit untuk ke 3 kalinya sementara saya belum keluar, maka saya paksa dia guna mengulum penis saya dengan segala kemampuannya. Dan sesudah berjalan selama 5 menit dimainkan oleh bibir mungilnya itu, kesudahannya saya pun nyaris sampai terbit dan sengaja saya tidak bilang ke Rani bila saya inginkan keluar.

“Ooh… ohh… enaaak… Ran… anda sudah pinter… ooohh… enak banget”

Dan akhirnya… crooott… croottt… croottt…
muncrat pun sperma dari penis saya yang terdapat dalam mulutnya, dan pada ketika keluar tersebut saya tahan kepalanya Rani agar tetap mengulum penis saya, dan alhasil dia juga menelan seluruh sperma yang terbit bahkan sampai terbit luber dari mulutnya. Dia melulu diam dan menatap saya dengan sendu seraya berkata,

“Eeeh… bapak jahat sama Rani… kok ga dibilangin kalo inginkan pipis… Rani jadi minum air pipis bapak nih…”

Dasar perawan kampung, dengan polosnya dia tanya ke saya,

“Pak… kok air pipisnya kentel yah… trus agak asin lagi… Rani fobia pak…”

Dasar perawan dusun pake tanya segala lagi, gerutu saya dalam hati. Setelah saya terbit saya mohon Rani guna membersihkannya dan dia saya ajak ke kamar mandi guna sama-sama membersihkannya di kamar mandi yang terdapat di kamar saya dan dia juga saya gandeng ke kamar dengan sama-sama kami telanjang bulat.

Hobisex69 – Setelah kami saling mencuci badan di kamar mandi dalam kamar saya, saya gandeng dia guna sama-sama berdiri didepan kaca lemari pakaian yang lumayan tinggi supaya dia dapat lihat saya dan dia sedang berbugil ria dan seraya saya dekap dia dengan mesranya dengan diiringi rabaan-rabaan badung tangan saya ke bukit kembarnya yang masih segeeer pun ranum, sementara tangan saya yang satunya jajaki mengobel memeknya dengan lembut. Hal ini sengaja saya lakukan supaya dia dapat saya ajak lebih lanjut lagi.

Ternyata siasat saya membuahkan hasil, dia menggeliat keasyikan pentil susunya diusap-usap dan lehernya saya kecup-kecup kecil seraya sesekali saya jilat dengan lidah saya. Siasat tersebut terus saya jalankan seraya kecupan saya ke sekujur tubuhnya hingga saya berada tepat di bukit kembarnya dan saya ledek dia bak anak kecil yang pengen nenen ke ibunya,

“Say… aku inginkan nenen dong.. aku haus nih…” tanpa ragu saya serang bukit kembarnya dan dia diam saja seraya meracau.

“Aaahh… ooh… aahhh… enaaaak Pak… gelii… kena kumis bapak… Rani gak powerful berdiri nih…”

Dengan perlahan tapi tentu saya ajak dia guna ditelentangin di atas springbed, dan tanpa sulit payah dia pun telah pasrah telentang tanpa sehelai benagpun di atasnya. Saya mulai dengan menciumi memeknya yang masih perawan tersebut sambil saya jilati dengan lidah yang empiris ini. Baru pun berselang 5 menit saya mainkan lidah saya si Rani telah mulai basah dan melenguh,

“Aachh… aach… oohhh… terusin Pak… enak banget jilatannya…”

Tidak melulu di situ saja menjilatinya lidah ini terus mencari ke unsur duburnya dan diantara dua-duanya itulah saya balap menjilatinya lagi.

“Ooh… enak Pak.. aach… aaachh… eeh… Bapak jorok.. kok dubur Rani dijilatin juga… aaahh… namun enaaaaakkkk… aaachh terusin… ooohh…”

Karena menyaksikan gelagat laksana itu, tangan saya juga mulai bergerilya ke unsur bukit kembarnya guna diusap-usap, dan tanpa diduga-duga dia unik paksa torpedo saya guna dikulum lagi dengan buasnya. Rupanya dia telah bener-bener horny, dan kini dia telah tidak ragu-ragu & malu-malu lagi guna mengulumnya.

Serangan tersebut terus dilangsungkan sekitar 20 menitan hingga akhirnya dia terkulai lemas seraya berkata,

“Aaaah… aahh… Rani inginkan pipis lagi nih… ooh pak awas nanti kena pipis Rani… aaahh…” dan keluarlah seluruh yang terdapat di dalamnya.

Saya benar-benar telah konak banget ngeliat dia seperti tersebut dan tanpa tunggu-tunggu lagi dan buang-buang masa-masa lagi saya juga langsung memantapkan posisi torpedo pas di depan memek perawan dusun itu. Dengan lemah lembut saya bimbing torpedo saya menginjak lubang kenikmatan tersebut sambil bibir ini terus menciumi dan mengisap kedua bukit kembarnya si Rani, dan sebab sudah terbuai kesenangan dia juga tidak terdapat perlawanan yang berarti hingga pada ketika saya bakal memasukan torpedo saya, dia meracau

“Pak… tidak boleh pak… jangan… nanti… aachh… aduuhh… sakiiiitt…”

“Tenang aja sayang… sakitnya hanya sebentar kok.. nanti tentu enak…”

Sedikit demi sediki penis saya menginjak memeknya dan dengan berirama saya ayun maju mundur maju mundur berulang kali hingga akhirnya Rani tidak bersuara lagi, bahkan dia telah mulai merasakan irama birahi kami.

“Ooh… memek anda masih perawan sayang… ooh… enak banget… sempit bangeett… Rani… oohhh… enak…”

Rani mulai mengimbangi permainan saya, saya tarik pelan-pelan penis saya, terus tersebut keluar masuk sejumlah kali.

“Ooh.. Pak.. enak Pak.. terus.. pak… genjotin oh.. oh.. oh.. ach… aachh…”

Tanpa sadar dia telah mulai menggoyang pantatnya kekiri kekanan, saya kian semangat menyaksikan goyangan perawan dusun ini lagipula melihat susunya yang turun naik terdorong gerakan badannya yang erotis, medadak saya cabut kontol ini dari sarangnya dan Rani berteriak,

“Oooh… tidak boleh dicabut.. oohh lagi enaaak… niiihhh…”

Ini sengaja saya kerjakan untuk memancing rasa penasarannya, dan ternyata berhasil. Dia langsung mendorong saya ke atas lokasi tidur guna merubah posisi supaya dia sedang di atas, dan dia langsung naik ke atas perut saya memungut posisi yang pas guna memasukan kontol ini ke dalam sarangnya. Setelah pas posisinya dia juga langsung bergoyang seperti kuda yang kehilangan kendali. Terdengar suara penis terbit masuk memek, preetttt… preetttt… dalam situasi seperti tersebut saya pegang pantatnya supaya gerakan erotisnya tambah berirama turun naiknya.

Tepat diatas kepala saya terlihat estetis dua buah bukit kembar yang bergelantungan seakan meminta guna dilahap. Tanpa ragu-ragu lagi saya juga melahapnya dengan sarat gairah.

“Oohh…csusu anda enak banget Ran… terus goyang Ran…”

Mulut saya memainkan lidahnya di kisaran puting susunya sedangkan dia terus bergoyang, dan kesudahannya gerakan-gerakannya semakin cepat tanpa terkendali, sehingga dia mencakar saya seraya berteriak.

“Ooohh… Pak… Pak… saya mau.. inginkan pipis lagi… ooouchh.. aahhh…”

Karena gerakannya yang semakin dahsyat saya juga menurun-naikkan pantat saya supaya dia cepat keluar. Dan alhasil dia mengejang kemudian terkulai jatuh di atas dada saya, paling terasa air kehangatan yang terbit dari dalam memek tersebut mengguyur kontol yang masih sedang di dalam sarangnya. Saya tidak inginkan kehilangan peluang yang enak itu melulu direnggut sama Rani saja. Setelah dia sampai, saya tarik kontol saya dari memeknya dan Rani saya suruh menungging guna saya masukin lagi penis saya.

Walaupun saya tahu dia masih belum hilang rasa nikmatnya dan sesudah dia pada posisi saya masukan kontol ini ke memek perawan kampung tersebut dengan mudahnya, kemudian saya gerakkan terbit masuk, dan sebab memek tersebut masih basah bekas cairan kesenangan yang terbit dari dalamnya maka gerakan itu dapat langsung pada yang inti yakni tusukan panjang dan pendek. Dia pasrah, kontol saya terbit masuk dengan bebasnya dan antara pantat dengan pangkal kontol saya saling beradu.

Permainan ini dilangsungkan sekitar 15 menitan, dan kesudahannya saya pun nyaris sampai ke klimaks yang saya tunggu-tunggu. Gerakan saya percepat, dan si Rani juga ikut bergoyang pun sampai kesudahannya …

“Rani… saya.. inginkan sampai.. nih… ooh… aah… terus goyang sayang… ooh… ooh… oooohh… croot… croot… crott… seeerrr…”

“Oooh enak pak… jangan di tarik keluar dulu kontolnya… ooohh.. enaaaaakkk… biarin aaajaah… dulu di dalem.. pak Rani lagi eenaaakkkk…please tidak boleh dilepaaassss.. oh… oh…”

Rupanya si Rani pun menjangkau oragnsmenya guna yang kesekian kalinya. Dia melulu terdiam dan kami juga lunglai berduaan diatas springbed telanjang bulat sesudah bergelut dengan birahi selama tidak cukup lebih 3 jam. Si Rani saya usap rambut hitamnya dengan mesra, saya cium pipinya dan saya kulum sebentar bibirnya, sebagi tanda terima kasih. Tidak tampak di wajahnya rasa penyesalan sedikitpun, bahkan kelihatannya dia inginkan mengulang lagi peperangan malam itu.

Maka sejak ketika itu bilamana ada peluang untuk ML sama dia tidak jarang kali kami kerjakan kapan saja dan dimana saja tidak mengenal lokasi dan waktu, hingga akhirnya dia kembali ke kampunya sebab dipanggil sama orangtuanya guna kawin, dan sejak tersebut saya tidak pernah ketemu lagi sama dia. Oh… sungguh empiris yang paling nikmat.


TAMAT

Tidak ada komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.